Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa
besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding
lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar
dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah
"hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah
:
“Besar arus listrik (I) yang mengalir
melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus dengan beda
potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik
dengan hambatannya (R)”.
Secara Matematis, Hukum Ohm dapat
dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :
V=I.R
I=V/R
R=V/I
Dimana :
V
= Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I
= Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
Contoh soal:
Kawat yang panjangnya 1 m dapat mengalirkan arus
20 mA jika dihubungkan dengan sumber tegangan 8 V. Jika dihubungkan dengan
sumber tegangan 2 V, berapa kuat arus yang dapat dialirkan?
Diketahui : l = 1 m
I1
= 20 mA
V1
= 8 V
V2
= 2 V
Ditanya : I2
Jawab :
V1 : V2 = (I1 x
R) : (I2 x R)
8 V : 2 V = 20 mA : I2
I2 = (2 V x 20 mA) / 8 V
I2 = 5 mA
Hambatan jenis adalah kecenderungan suatu
bahan untuk melawan aliran arus listrik. Faktor yang menentukan besar kecilnya
nilai hambatan jenis suatu penghantar adalah bahan kawat penghantar tersebut.
Kawat penghantar yang dipakai pada kawat listrik pasti mempunyai hambatan,
meskipun nilainya kecil.
Bagaimana hubungan antara hambatan kawat penghantar, panjang kawat, luas
penampang kawat, dan jenis kawat jika dirumuskan secara matematis?
Perumusan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
R=ρ
l/A
Dengan:
R
= hambatan kawat penghantar (Ω)
l
= panjang kawat penghantar (m)
A
= luas penampang lintang penghantar (m2)
ρ
= hambatan jenis kawat penghantar (Ω.m)
Harga dari hambat jenis/resistivitas
antara nol sampai dengan tak terhingga
ρ
= 0 disebut sebagai penghantar sempurna atau konduktor ideal
ρ
= ∞ disebut sebagai penghantar jelek atau isolator ideal
Dari
hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa :
-
Hambatan berbanding lurus dengan panjang konduktor
-
Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang konduktor
-
Hambatan berbanding lurus dengan resistivitas atau hambat jenis dari
konduktor tersebut
Contoh soal:
Berapakah
hambatan seutas kawat aluminium (hambatan jenis 2,65 × 10-8Ω .m) yang memiliki
panjang 40 m dan diameter 4,2 mm?
Diketahui: ρ = 2,65 × 10-8 Ω .m
l = 40 m
d = 4,2 mm → r = 2,1 mm = 2,1 × 10-3
m
Ditanya:
R = ... ?
Jawab:
Cari
terlebih dahulu luas penampang (A) penghantar tersebut dengan menggunakan rumus
luas lingkaran, yakni:
L
= πr2
L
= (22/7) x (2,1 × 10-3 m)2
L
= 13,86 x 10-6 m2
L
= 1,4 x 10-5 m2
Jadi
besarnya hambatan dari penghantar tersebut dapat dicari dengan menggunkan
rumus:
R
= ρl/A
R
= 2,65 × 10-8 Ω .m x 40 m /1,4 x 10-5 m2
R
= 7,6 x 10-2 Ω
Sebuah kawat
panjang 10 meter dengan diameter 1 mm dan hambatan jenisnya 6,28. 10-6
ohmmeter. Berapakah hambatan kawat tersebut?
Diketahui:
l = 10 m
r = 1 mm = 10-3 m
ρ = 6,28. 10-6 ohmmeter
Ditanyakan
R = ..?
Jawab
R = ρ l/A
Luas penampang kawat = luas lingkaran
A = π r2
sehingga
R = ρ l/π r2
R = 6,28. 10-6 . 10 / 3,14
. (10-3)2
R = 6,28. 10-6 . 10
/ 3,14 . 10-6.
R = 20 ohm.
Hambatan suatu konduktor selain tergantung
pada karakteristik dan geometrik benda juga tergantung pada temperatur.
Sebenarnya lebih tepat dikatakan harga resistivitas suatu konduktor adalah
tergantung pada temperatur
Ρ(t)=ρ0+at+bt2+...
Dengan :
ρ(t)
= hambat jenis pada suhu
ρ0
= hambat jenis pada suhu
a,b
= konstanta
Nilai hambatan suatu penghantar (R)
sebanding dengan hambatan jenis (ρ) , pengaruh suhu terhadap hambatan sehingga
dapat ditulis :
R(t)=R0 (1+αt)
Dengan :
Rt
= hambatan akhir (Ω)
R0
= hambatan mula-mula (Ω)
Hambatan jenis suatu penghantar bergantung
pada suhu penghantar tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
ρt=ρ0(1+α∆T)
Dengan :
α
=
koefisien suhu hambatan
∆T
=
pertambahan suhu (oC)
ρt =
hambatan jenis akhir (Ωm)
ρ0 =
hambatan jenis mula-mula (Ωm)
Contoh soal:
Sebuah lampu
pijar yang ffilaminya terbuat dari tungsten memiliki hambatan 300 Ω ketika berpijar putih (kira – kira 2000ºC). tentukan
hambatan lampu pijar pada suhu ruangan
25º?
Diketahui: Suhu 2000ºC = 300 Ω
Suhu ruang 25º= hambatan?
Koefisien suhu tungsten α = 0,0045(Cº)-1
Ditatanya
ΔT = T – T0 = 2000 – 30 = 1970 Cº
Jawab
:
Rt = R0 (1
+ αΔT)
R0 = R / 1 + α ΔT = 300 / 1 . 0.0045 . 1970
R0 = 30.41
Ω
Nilai
Hambatan Jenis Berbagai Bahan
Jenis Bahan
|
Bahan
|
Hambatan
Jenis ρ (Ωm)
|
Koefisien
muai, α (oC)-1
|
Hambatan
Jenis Konduktor
|
Perak
Tembaga Emas |
1,59
x 10-8
1,68 x 10-8 2,44 x 10-8 |
0,0061
0,0068 0,0034 |
Hambatan
Jenis Semikonduktor
|
Karbo
(grafit)
Germanium Silikon |
(3-60)
x 10-5
(1-500) x 10-3 0,1 – 60 |
–
0,0005
– 0,05 – 0,07 |
Hambatan
Jenis Isolator
|
Kaca
Karet Porselin |
1011
– 1014
108 – 1013 101 2 – 1014 |
–
– – – |
Berikut
adalah hambatan jenis beberapa bahan pada suhu 20 oC
Karena hambatan
berbanding lurus dengan hambat jenis maka diperoleh
R(t) = R(0) (1 + α.t)
Contoh Soal:
Sebuah
termometer hambatan platina mempunyai hambatan 40 ohm pada suhu 20oC. Ketika
termometer hambatan tersebut diccelupkan ke dalam bejana yang berisi leburan
logam aluminium, hambatannya menjadi 126 ohm. Berapa titik lebur alumunium
tersebut? Diketahui koefisien suhu α = 3,92 . 10-3/oC
Jawaban
Diketahui:
Diketahui:
Ro=40Ohm
Rt=126Ohm
To = 20oC
Rt=126Ohm
To = 20oC
Ditanya:
T1
Jawab:
Rt = Ro (1
+ α. ΔT)
126 = 40 (1 + 3,92 . 10-3. ΔT)
126 = 40 + 0,1568. ΔT
86 = 0,1568. ΔT
ΔT = 86/0,1568
ΔT = 548, 5oC
Titik Lebur Aluminium
ΔT=T1–To
548,5=T1–20
T1 = 548,5 + 20 568,5 oC
548,5=T1–20
T1 = 548,5 + 20 568,5 oC
Komentar
Posting Komentar