Kita
sering mendengar kata pemuaian. Sebenarnya, apa itu pemuaian? Pemuaian adalah
bertambahnya ukuran suatu benda karena kenaikan suhu atau menerima kalor. Ada 3
jenis pemuaian jenis zat, yaitu pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, dan
pemuaian zat gas. Besarnya pemuaian zat tersebut
sangat tergantung pada ukuran benda pertamanya, kenaikan suhu dan juga jenis
zat. Efek pemuaian zat tersebut sangat bermanfaat didalam suatu pengembangan
berbagai teknologi.
Gambar
diatas menggambarkan keadaan sebuah besi sebelum dan sesudah dipanaskan. Dapat
dilihat bahwa besi tersebut bertambah panjang dan lebarnya. Maka itulah salah
satu bentuk pemuaian (pemuaian luas).
A.
Contoh Peristiwa
Pemuaian
1.
Termometer
Termometer menggunakan konsep
pemuaian zat cair. Ketika suhu bertambah, maka raksa dalam termometer akan
mengalami pemuaian sehingga air raksa tersebut akan naik menandakan berapa suhu
saat itu. Demikian sebaliknya ketika suhu turun, air raksa akan mengalami
penyusutan.
2.
Balon Udara
Balon udara menggunakan konsep
pemuaian. Apabila dipanaskan, energi gerak molekul akan semakin besar dan
tekanan gasnya juga akan lebih besar. Sehingga udara yang panas akan mendesak
naik ke atas, mencari udara yang lebih dingin.
3.
Pemasangan jaringan telepon
Kabel jaringan telepon jika
dilihat selalu longgar karena untuk mengantisipasi terjadinya pemuaian pada
siang hari dan penyusutan kabel pada malam hari.
4.
Pemasangan Rel Kereta Api
pemasangan sambungan rel kereta
api yang memiliki celah bertujuan agar rel tidak membengkok apabila mengalami
pemuaian dan pertambahan panjang. Panjang celah antar sambungan harus diukur
sehingga tidak kurang antara panjang celah dan pertambahan panjang ketika
memuai.
5.
Kaca
Setiap pemasangan kaca, pasti
pada ujung bingkai, selalu diberikan sedikit jarak atau ruang pada bagian tepi.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pecahnya kaca ketika terjadi pemuaian
kaca pada siang hari.
B.
Jenis-Jenis Pemuaian
Zat
1.
Pemuaian Zat Padat
a.
Pemuaian
Panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu
benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat
kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan
tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang
saja adalah kawat kecil yang panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu.
Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau
jenis bahan.
Alat untuk mengukur muai panjang adalah Muschenbrock.
·
Rumus:
Δl = lo . α . ΔT
Δl = lt – l0
lt = lo (
1 + α . ΔT )
ΔT = Tt – T0
Keterangan:
Δl :
perubahan panjang
lt : panjang setelah pemuaian
lo : panjang sebelum pemuaian
α : koefisien muai panjang / kofisien muai linier
ΔT
: besarnya perubahan suhu
Tt : suhu setelah
pemuaian
T0 : suhu sebelum
pemuaian
·
Tabel
Koefisien Muai (α)
LATIHAN 1
1.
Sebatang baja bersuhu 15oC memiliki
panjang 40 cm. Koefisien muai panjang baja 10-5 oC-1. Pertambahan panjang baja dan panjang akhir baja
pada suhu 65oC adalah … .
2.
Ketika bersuhu 50oC panjang kaca
adalah 100 cm. Setelah dipanaskan, panjang kaca menjadi 100,09 cm. Koefisien
muai panjang kaca α = 9 x 10-6 C-1. Suhu akhir
kaca adalah … .
PEMBAHASAN :
1.
Diketahui :
ΔT = 65oC – 15oC
= 50oC
l1 = 40 cm
α = 10-5 oC-1
Ditanya : Δl dan l2
Jawab :
Δl = α l1 ΔT
Δl = (10-5 oC-1)(40 cm)(50oC)
Δl = (10-5)(2
x 103) cm
Δl = 2 x 10-2 cm
Δl = 2 / 102 cm
Δl = 2 / 100 cm
Δl = 0,02 cm
l2 = l1 +Δl
l2 = 40 cm + 0,02 cm
l2 = 40,02 cm
2.
Diketahui :
l1 = 100 cm
l2 = 100,09 cm
Δl = 100,09 cm – 100 cm
= 0,09 cm
α = 9 x 10-6 oC-1
T0 = 50oC
Ditanya : Tt
Jawab :
Δl = α l1 ΔT
Δl = α l1 (Tt – T0)
0,09 = (9 x 10-6 oC)(100 cm)(Tt – 50 oC)
0,09 = (9 x 10-4)(Tt – 50)
0,09 / (9 x 10-4) = Tt – 50
0.01 x 104 = Tt – 50
100 =
Tt – 50
100 = Tt – 50
Tt = 100 + 50
Tt = 150oC
Suhu akhir kaca adalah 150oC.
A.
Pemuaian
Luas
Pemuaian
luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian
luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan
tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contoh benda yang mempunyai
pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis.
Seperti halnya pada pemuian
panjang, faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas awal, koefisien
muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas itu merupakan
pemuian panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai luas
besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang. Pada perguruan tinggi nanti
akan dibahas bagaimana perumusan sehingga diperoleh bahwa koefisien muai luas
sama dengan 2 kali koefisien muai panjang.
·
Rumus:
ΔA = A0
. β . ΔT
ΔA
= At – A0
At =
Ao ( 1 + β . ΔT )
ΔT = Tt – T0
β = 2 . α
Keterangan:
ΔA : perubahan
luas
At : luas setelah pemuaian
Ao : luas sebelum pemuaian
α : koefisien muai panjang / kofisien muai linier
β : koefisien muai luas
ΔT
: besarnya perubahan suhu
Tt : suhu setelah
pemuaian
T0
: suhu sebelum pemuaian
LATIHAN 2
1.
Selembar baja pada suhu 40oC memiliki panjang 100 cm dan lebar 60 cm. Jika
koefisien muai panjang baja 10-5 oC-1 maka
pertambahan luas dan luas total pada suhu 120oC adalah….
PEMBAHASAN :
1.
Diketahui :
T1 = 40oC
T2 = 120oC
ΔT = 120oC – 40oC
= 80oC
A0 = panjang . lebar
= 100 cm x 60 cm = 6000 cm2
α = 10-5 oC-1
β = 2 α
= 2 x 10-5 oC-1
Ditanya :
ΔA dan At
ΔA = β . A1 . ΔT
ΔA = (2 x 10-5 oC-1)(6000 cm2)(80oC)
ΔA = (160 x
10-5)(6000 cm2)
ΔA = 960.000 x 10-5 cm2
ΔA = 9,6 x 105 x 10-5 cm2
ΔA = 9,6 cm2
At = A0 +ΔA
At = 6000 cm2 + 9,6 cm2
At = 6009,6 cm2
B.
Pemuaian
Volume
Pemuaian
volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena menerima kalor.
Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal.
Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air dan udara. Volume
merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan
koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai panjang. Sebagaimana
yang telah dijelskan diatas bahwa khusus gas koefisien muai volumenya sama
dengan 1/273.
Persamaan yang digunakan untuk
menentukan pertambahan volume dan volume akhir suatu benda tidak jauh beda pada
perumusan sebelum. Hanya saja beda pada lambangnya saja.
·
Rumus:
ΔV = V0
. γ . ΔT
ΔV
= Vt – V0
Vt =
Vo ( 1 + γ . ΔT )
ΔT = Tt – T0
γ = 3 . α
Keterangan:
ΔV : perubahan
volume
Vt : volume setelah pemuaian
Vo : volume sebelum pemuaian
α : koefisien muai panjang / kofisien muai linier
γ : koefisien muai volume
ΔT
: besarnya perubahan suhu
Tt : suhu setelah
pemuaian
T0
: suhu sebelum pemuaian
LATIHAN 3
1. Bola pejal
terbuat dari aluminium dengan koefisien muai panjang 24 x 10-6 oC-1.
Jika pada suhu 30oC volume bola adalah 30 cm3 maka agar volume bola itu bertambah
menjadi 30,5 cm3, bola
tersebut harus dipanaskan hingga mencapai suhu….. oC
2. Bola berongga
terbuat dari kaca mempunyai koefisien muai panjang 9 x 10-6 oC-1.
Pada suhu 20oC diameter dalam bola adalah 2,2 cm. Apabila diameter dalam bola
bertambah menjadi 2,8 maka suhu akhir adalah….
PEMBAHASAN :
1.
Diketahui :
α = 24 . 10-6 oC-1
γ = 3 α = 3
x 24 x 10-6 oC-1 = 72 x 10-6 oC-1
T0 = 30oC
V0 = 30 cm3
Vt = 30,5 cm3
ΔV = 30,5 cm3 – 30 cm3
= 0,5 cm3
Ditanya :
Tt
Jawab :
ΔV = γ (V0)(ΔT)
ΔV = γ (V0)(Tt – T0)
0,5 cm3 = (72 x 10-6 oC-1)(30
cm3)(Tt –
30oC)
0,5 =
(2160 x 10-6)(Tt – 30)
0,5 =
(2,160 x 10-3)( Tt – 30)
0,5 =
(2,160 x 10-3)( Tt – 30)
0,5 / (2,160 x
10-3) = Tt –
30
0,23 x 103 = Tt – 30
0,23 x 1000 = Tt – 30
230 = Tt – 30
230 + 30 = Tt
Tt = 260oC
2.
Diketahui :
α = 9 x 10-6 oC-1
γ = 3 α
= 3
x 9 x 10-6 oC-1
= 27 x 10-6 oC-1
T0 = 20oC
d0 = 2,2 cm
dt = 2,8 cm
r0 = d0 / 2
= 2,2 cm3 / 2
= 1,1 cm3
rt = dt / 2
= 2,8 cm3 / 2
= 1,4 cm3
V0 = 4/3 π r03
= (4/3)(3,14)(1,1 cm)3
= (4/3)(3,14)(1,331 cm3)
= 5,57 cm3
Vt = 4/3 π rt3
= (4/3)(3,14)(1,4 cm)3
= (4/3)(3,14)(2,744 cm3)
= 11,48 cm3
ΔV = 11,48 cm3 – 5,57 cm3
= 5,91 cm3
Ditanya : Tt
Jawab :
ΔV = γ (V0)(ΔT)
5,91 cm3 = (27 x 10-6 oC-1)(5,57
cm3)(Tt –
20oC)
5,91 =
(150,39 x 10-6)(Tt
– 20)
5,91 / 150,39 x 10-6 = Tt – 20
0,039 x 106 = Tt – 20
39 x 103 = Tt – 20
39000 = Tt – 20
Tt = 39020oC
2.
Pemuaian Zat Cair
Pada zat cair pemuaian yang
terjadi hanya pemuaian volume, tidak ada pemuaian panjang dan luas. Ini terkait
dengan sifat dar zat cair sendiri yang bentuknya berubah-ubah sesuai dengan bentuk
wadah yang ditempatinya. Sebuah contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari
adalah sebuah panci yang diisi dengan air kemudian dipanaskan. Beberapa saat
kemudian akan ada air yang tumpah dari panci tersebut.
·
Tabel
Koefisien Muai (α)
·
Anomali
air
Pada umumnya, zat cair memuai jika
dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Tetapi hal tersebut tidak berlaku
pada air jika dipanaskan dari 0 oC sampai 4
oC. Keanehan itu disebut anomali air (keanehan pemurnian
air). Air jika dipanaskan
dari 0 oC sampai 4 oC akan menyusut dan jika didinginkan
4 oC sampai 0 oC. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa volume air paling kecil dan massa jenis paling besar pada 4 oC.
3. Pemuaian
Zat Cair
Gas juga megalamai pemuaian layaknya pada pemuaian
zat cair dan zat padat. Khusus untuk pemuaian zat ini agak berbeda dengan
pemuaian zat padat dan pemuaian zat cair. Ada satu variabel yang sangat
menentukan pemuaian zat gas yaitu tekanan. Khusus pemuaian gas, koefisien muai
volumenya sama dengan 1/273.
·
Rumus:
ΔV = V0
. γ . ΔT
ΔV
= Vt – V0
Vt =
Vo ( 1 + γ . ΔT )
ΔT = Tt – T0
Keterangan:
ΔV : perubahan
volume
Vt : volume setelah pemuaian
Vo : volume sebelum pemuaian
γ : koefisien muai volume
ΔT
: besarnya perubahan suhu
Tt : suhu setelah
pemuaian
T0
: suhu sebelum pemuaian
·
Pemuaian
gas dibagi menjadi 3 yaitu:
A.
Pemuaian
gas pada suhu tetap (isotermal)
Hukum
Boyle
Gas di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga
tetap, maka hasil kali tekanan dan volume gas adalah tetap.
“Tekanan mutlak suatu gas pada volume konstan
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.”
·
Rumus:
PV = tetap
atau
P1V1 = P2V2
Keterangan:
P: tekanan gas (atm)
V: volume gas (L)
B.
Pemuaian
gas pada tekanan tetap (isobar)
Hukum Gay
Lussac
Gas di dalam ruang tertutup dengan tekanan dijaga
tetap, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlak gas.
“Tekanan mutlak suatu gas pada volume konstan
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas
tersebut.”
·
Rumus:
C.
Pemuaian
gas pada volume tetap (isokhorik)
Hukum
Boyle-Gay Lussac
jika volume gas di dalam ruang tertutup dijaga
tetap, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
·
Rumus:
C. Penerapan Pemuaian Zat
A.
Penerapan
Prinsip Pemuaian Zat Dalam Bidang Konstruksi
Para
ahli konstruksi dan arsitek bangunan, jembatan, dan jalan raya harus mengetahui
sifat pemuaian dan penyusutan benda padat yang disebabkan oleh perubahan suhu.
Jalan raya pada musim kemarau banyak yang rusak dan retak-retak, karena
pemuaian baja dan aspalnya. Jembatan dan jalan raya dibuat dari besi baja yang
saling disambungkan satu dengan yang lainnya. Selama proses penyambungan, ahli
konstruksi harus benar-benar memperhitungkan sifat pemuaian dan penyusutan besi
baja karena adanya perubahan suhu, baik di siang hari yang panas maupun di
malam hari yang dingin.
Agar
sambungan besi baja tidak melengkung akibat pemuaian atau pun penyusutan maka
sambungan-sambungan besi baja tidak dipasang rapat, satu dengan yang lainnya.
Harus ada rongga yang cukup di antara sambungan-sambungan tersebut agar tidak
timbul kerusakan pada jembatan dan jalan yang disebabkan pemuaian dan
penyusutan besi baja tersebut.
B. Penerapan Prinsip Pemuaian Zat
Dalam Bidang Teknologi Transportasi
Apabila
kita melewati lintasan kereta api kami akan melihat rel melengkung. Sebagaimana
halnya dengan jembatan dan jalan raya, besi baja yang digunakan untuk rel
kereta api pun harus dipasang renggang berongga untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kereta api yang disebabkan oleh relnya melengkung akibat pemuaian
dari pemanasan di siang hari.
Selain
pada rel kereta api, cara pemasangan ban roda lori kereta api pun menggunakan prinsip pemuaian.
Sebelum dipanaskan, ukuran diameter ban sedikit lebih kecil daripada diameter
rodanya. Apabila ban akan dipasang, harus dipanaskan terlebih dahulu supaya
memuai. Selanjutnya, masukkan ban tersebut ke dalam roda. Setelah masuk,
biarkan suhunya turun. Setelah dingin, ban menyusut dan akan melekat kuat pada
rodanya, tanpa harus menggunakan baut.
C. Penerapan Prinsip Pemuaian Zat
Dalam Teknologi Bimetal
Bimetal
adalah alat yang terdiri dari dua logam yang berbeda nilai koefisien muai
panjangnya atau yang berbeda kecepatan pemuaiannya, direkatkan menjadi satu.
Misalnya bimetal terbuat dari besi dan tembaga sebelum dipanaskan bimetal itu
dalam keadaan lurus kemudian setelah dipanaskan, bimetal akan melengkung ke
arah logam (besi) yang nilai koefisien muai panjangnya kecil atau lambat
memuai. Selanjutnya, apabila bimetal didinginkan akan melengkung ke arah logam
(tembaga) yang nilai koefisien muai panjangnya besar atau cepat memuai.
Alat-alat teknologi yang menggunakan prinsip bimetal, antara lain termostat,
sakelar otomatis pada setrika, alat pemberitahu kebakaran, dan termometer.
LATIHAN 4
1.
Perhatikan
gambar alat alarm kebakaran dan tabel koefisien muai panjang zat berikut ini!
No
|
Jenis zat
|
Koefisien muai panjang
|
1
|
Kuningan
|
0,000019 / ºC
|
2
|
Besi
|
0,000012 / ºC
|
3
|
Tembaga
|
0,000018 / ºC
|
4
|
Baja
|
0,000011 / ºC
|
Maka kemungkinan terbesar pasangan jenis zat (a) dan (b) adalah…
PEMBAHASAN :
1.
(a)= Kuningan. Karena memiliki koefisien muai panjang pasing besar
(b)=
Baja. Karena memiliki koefisien muai panjang paling kecil dan jika bimetal dipanaskan,
pasti aja melengkung ke jenis zat dengan koefisien muai lebih kecil.
E.
Termostat
Ruangan
hotel-hotel mewah yang terdapat di daerah sejuk atau dingin, seperti di kawasan
Puncak-Bogor, Lembang-Bandung, atau daerah lainnya memiliki pengaturan panas
ruangan. Model termostat dapat kita lihat pada gambar. Apabila udara di ruangan
dingin, lempengan bimetal akan menyusut, lurus, dan menyentuh lempengan logam
biasa sehingga kedua ujung lempengan tersebut saling bersentuhan. Sentuhan
antara kedua ujung logam itu menjadikan adanya kontak dengan arus listrik, arus
listrik masuk dan rangkaian pemanas tertutup yang menyalakan pemanas sehingga
ruangan menjadi hangat. Sebaliknya, apabila ruangan telah cukup hangat, maka
lempengan bimetal akan mengembang dan kembali ke posisi semula, yaitu
membengkok, tidak kontak dengan arus listrik, arus listrik terputus, sehingga
rangkaiannya terbuka, pemanas terputus, dan pemanasan ruangan selesai.
F. Sakelar Otomatis pada Setrika
Otomatis
Suhu
pada setrika secara otomatis, maka disebut setrika otomatis. Pada setrika
otomatis terdapat alat untuk memutuskan dan menghubungkan arus listrik secara
otomatis, yang disebut sakelar otomatis. Prinsip kerja sakelar otomatis dapat
kita amati pada gambar. Apabila suhu sudah cukup tinggi, bimetal akan
melengkung menjauhi kontak (K), arus listriknya putus, setrika akan menjadi
dingin. Ketika dingin, bimetal menyentuh kontak (K), maka arus listrik mengalir
kembali, sehingga setrika kembali panas.
G. Alat Pemberitahu Kebakaran
Apabila
ada kenaikan suhu di sekitar alat ini, bimetal menyentuh kontak sehingga arus
listrik mengalir menuju bel listrik. Bel listrik akan berbunyi, yang menkitakan
ada kebakaran atau panas.
H. Termometer Bimetal
Termometer
ini terbuat dari bimetal yang melengkung. Salah satu ujungnya dijepit sehingga
tidak dapat bergerak. Ujung yang satunya lagi bebas bergerak dan dihubungkan
dengan jarum penunjuk. Apabila suhu naik, bimetal menjadi lebih melengkung.
Jarum penunjuk bergerak ke kanan. Sebaliknya apabila suhu turun, bimetal
menjadi lebih lurus. Jarum bergerak ke kiri.
I. Cara Pemasangan Kaca Jendela
Tentunya
kita pernah menyaksikan tukang kayu pada saat membuat daun jendela atau bingkai
jendela. Pada bingkai ada celah yang dibuat untuk menempatkan kaca. Kaca
dipasang pada bagian itu dengan ukuran kaca lebih kecil sedikit daripada ruang
atau tempat kaca. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan kaca agar tidak
pecah, saat mengalami pemuaian pada siang hari atau pada musim kemarau.
D.
Sumber
·
Kanginan,Marthen.2004.Fisika
untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
Komentar
Posting Komentar